Sabtu, 08 Desember 2012

BERTAWAQQAL SECARA TOTAL

 


SISIHKAN EGOMU,  JANGAN SEPERTI MENDIKTE DAN MENGATUR MENURUT KEHENDAKMU, TAPI SERAHKAN DAN PASRAHKAN SEPENUHNYA... BERTAWAQQAL SECARA TOTALITAS DALAM JIWA, HATI, DAN PIKIRANMU....YAKNI DALAM KESADARAN, PENGERTIAN, KEPERCAYAAN, DAN KEYAKINANMU MAKA INSYA ALLAH AKAN  BERLAKU YG TERBAIK BAGIMU.....SESUAI DENGAN QUDRAT & IRADAT ALLAH SWT YG MAHA MENGETAHUI APA YG TERBAIK BUATMU.IKHTIAR MESTI DILAKUKAN SECARA MAKSIMAL NAMUN TETAP DILETAKKAN DITEMPAT YG TEPAT DALAM KERANGKA TOTALITAS TAWWAQAL YG BERLANDASKAN KALIMAH " LAHAWLA WALAQUWWATA ILLABILLAHI 'ALIYIL AZIM ".~
Ferry Djajaprana ,  mengatakan  :
 Inspirasi :
"Dan Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya"( Q.S. At Thalaq [65]:3)
"Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal" (Q.S. Ali Imran [3] :160)

"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (Q.S. Al Maidah [5]: 23)

Syed Ali Bin Utsman Al Hujweri dalam kitab karangannya Kashful Mahjub 1) menjelaskan bahwa yang dimaksud Tawakal (Arab: Tawakkal) adalah yakin seyakin-yakinnya kepada Tuhan, berfikir positif terhadap Tuhan, yakin bahwa yang memberi rezeki adalah Tuhan.

Menurut Imam Ahmad bin Hambal, perbedaannya tawakal dengan ridha adalah kalau ridha itu menyerahkan kehendak kepada Allah ( Taslim al ameer ila Allah). Perihal perbedaan ini Maulana Wahid Bakhs Rabbani memberi komentar bahwa :"Ini bukan maksudnya Anda untuk tidak mengerjakan sesuatupun. Tetapi, maksudnya bahwa Anda mesti bekerja keras dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan dan berpuaslah atas hasilnya".

Sementara itu pada kitab Risalah Sufi Al Qusyairi 2) menjelaskan bahwa tempat tawakal itu di dalam hati. Perbuatan lahiriah tidak meninggalkan tawakal dalam hati manakala si hamba telah yakin bahwa takdir datang dari Allah SWT, sehingga jika sesuatu tidak tercapai, maka dia akan melihat ketentuan Allah di dalamnya, dan jika sesuatu dianugerahkan ke padanya, dia melihat pertolongan Allah di dalamnya.

Bibliography :
1. Al Hujweri, Syed Ali Bin Utsman , Kashful Mahjub (Unveiling The Veiled), AS Noordeen Publisher, Malaysia, 1997 (P.125-126).

2. Al Qusyayri, Abd Al Karim Ibn Hawazin. Risalah Sufi Al Qusyayri (Terj. Principles of Sufism), Penerbit Pustaka, Mizan Press, 1990.

  -o0o-

Hamidah AlJannah , mengatakan :
Jgn ada sifat keAkuanmu itu di hadapanNya. Tanamkan ianya semua menjadi tanah dengan berpasrah kpdNya kerana manusia yg penuh lumur keAkuan dirinya tidak akan pernah menemukan keirfanan dirinya . . . .
  -o0o-

Surat Al-Maidah ayat 11.
Bismillahirrohmanirrohim 
Ya ayyuhalladzi na aamanudzkuru nikmatallahi 'alaikum
idzhamma qaumun ayyabsuthuu ilaikum aydiyahum pakaffa aydiyahum 'ankum
wattaqullaha wa 'alallahi palya tawaqqalil mukminun.

Pasrah itu....bertawaqqal ( berserah diri ), namun  :
-
bukan bermakna diam & bingung, tapi harus berbuat ( aktif ) dan proaktif
-
bukan bermakna apatis & pesimistis, tapi harus semangat, berikhtiar dan optimistis
-
bukan bermakna buruk sangka & putus asa, tapi harus berbaik sangka dan penuh harapan
-
bukan bermakna bimbang & ragu, tapi harus yakin dan percaya. 
dengan demikian mudah-mudahan Allah SWT akan memberikan yg terbaik untuk kita.
Berserah diri kepada Allah SWT sepenuhnya, dengan jiwa-raga, secara zohir dan bathin, tidak hanya sekedar dalam ucapan kata2 saja,....tapi lebih daripada itu, harus dgn kesadaran, pikiran dan dengan hati yg sungguh-sungguh ikhlas dan yakin seyakin-yakinnya.

Berserah diri ( Tawaqqal ) tidak berarti apatis berpangku tangan tanpa harapan, ikhtiar dan do'a sama sekali. Dalam do'a senantiasa ada harapan dan permohonan ( meminta pertolongan ), tapi bukan berarti seperti mengatur dan mendikte, melainkan dgn ridoh dan ikhlas memohon dan berharap kepada Allah SWT...sembari meletakkan semua rencana, harapan dan kehendak kita ke dalam rencana, ketentuan dan kehendak Allah SWT semata ( sepenuhnya ), karena yakin bahwa Allah SWT Maha mengetahui apa sebenarnya yg terbaik untuk kita.

PASRAH DAN IKHTIAR.
Di satu sisi, kita telah diberikan oleh Allah SWT dgn berbagai Karuniah seperti : waktu, panca indera, kesehatan, tenaga, akal pikiran, dan ilmu pengetahuan sbg suatu Kemampuan utk melakukan segala daya upaya ( Ikhtiar ). Kemampuan
tsb adalah berbeda-beda bagi masing-masing individu.
Semuanya itu pada dasarnya bisa dikembangkan dan ditingklatkan secara terus menerus.
Di sisi lain, kita juga menyadari bahwa diri kita penuh kelemahan dan kekurangan serta keterbatasan
( mempunyai kemampuan yg terbatas ), maka terhadap hal-hal yg sudah diluar atau di atas ambang batas Kemampuan kita inilah, kita bertawaqqal….pasrah….berserah diri
( bukan semua hal, tidak termasuk hal2 yg kepada kita sudah diberikan kemampuan untuk melakukannya).
Jadi kita tetap wajib berikhtiar, namun hasil dari Ikhtiar itulah yg kita pasrahkan, karena hal itu berada di luar atau di atas ambang batas kemampuan yg telah diberikan kepada kita masing-masing.
Namun demikian, sehebat apapun kemampuan kita utk melakukan segala Ikhtiar, usaha, dan daya upaya yg kita buat, tidak akan ada artinya, tanpa Izin dan pertolongan dari Allah SWT, olehkarena itulah kita berdo’a memohonkan izin dan pertolonganNya.
Barangsiapa yg bertawaqqal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.~

BERIKHTIAR ITU SANGAT DIPERLUKAN, TERLEBIH2 KALAU KITA KAITKAN DGN SUNATULLAH ( HUKUM ALAM ).
Kalau kita mau melakukan suatu perjalanan jauh di malam hari dgn suatu kenderaan ( misalnya mobil ), tentu jauh2 hari kita sudah melakukan persiapan2 antara lai
n seperti : pemeriksaan dan perbaikan kondisi mobil secara keseluruhan, membawa peralatan dan bekal2 yg diperlukan selama perjalanan, dana, termasuk masalah kesehatan dan stamina tubuh kita + obat2, memperhatikan cuaca dan informasi mengenai kondisi jalan ke arah tempat yg dituju. Semuanya inilah yg disebut dgn " Ikhtiar ".

Jangan bilang pasrah ( tapi tidak dibarengi dgn ikhtiar ), kalau sudah tahu ban mobilnya sudah tipis, atau lampunya hidup sebelah atau remnya blong, atau supirnya udah 2 hari gak tidur atau sakit, dlsb.....itu sama dengan sikap bodoh dan mengundang celaka....Human Error.

BERTAWAQQAL BUKAN DALAM KONTEKS HAL-HAL YG SEPERTI ITU, DAN ITU SUATU PEMAHAMAN YG SANGAT KELIRU !!!


HUMAN ERROR..... ADALAH FAKTOR KESALAHAN MANUSIA YG MENGAKIBATKAN TERJADINYA BERBAGAI KEADAAN BURUK, KARENA MELAWAN ATAU TIDAK SESUAI DENGAN SUNNATULLAH, HUKUM ALAM, AKAL SEHAT, LOGIKA DAN SISTEM HUKUM YG BERLAKU.
Apabila manusia yakin dengan janji-janji Tuhan dan memenuhi hati dengan Tawakal, maka dengan itu akan datang ketenangan dan kecemerlangan dalam kehidupan.... Allah berfirman; " Sesiapa Yang Bertawakal Kepada Tuhan Maka Tuhan Mencukupkan Keperluannya" (surah At-Talaq ayat 3)

Menyelami makna LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAH (Tiada daya dan upaya melainkan dengan bantuan Allah), Bahwa ungkapan tauhid ini mengandungi rahasia bahwa Tuhanlah yang Memiliki Semua Energi di alam semesta ini ( Dia Maha memiliki, Maha Kuasa dan Maha menentukan atas segala sesuatu apapun jua ). Tiada satu pun energi kecuali berada di dalam kekekalan energi-NYA.
sebagai salah satu contoh yg konkret saja :
Kita makan dan minum untuk mencari sumber tenaga. Sumber tenaga dari makan dan minuman yang kita konsumsi sesungguhnya berasal dari tanaman, tumbuhan dan hewan. Mereka mendapat energi dari rantai makanan lain begitu seterusnya hingga akhirnya bermuara pada satu sumber energi yang tidak berasal dari sumber energi lain, yaitu Energi Ilahi.

Kesimpulannya : 
ANTARA BERDO'A, BERIKHTIAR, DAN BERTAWAQQAL HARUS 
DISERASIKAN, DISELARASKAN DAN DI-INTEGRASIKAN 
DENGAN BAIK.